Bangkinang,- Tidak terasa bulan Ramadhan segera tiba dalam hitungan hari. Warga Bangkinang yang mayoritas muslim pun menyambut momen spesial ini dengan penuh suka cita. Bahkan, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi menyambut bulan suci Ramadhan yang berbeda-beda. Tradisi-tradisi ini menyambut Ramadhan tersebut dilakukan secara turun-temurun sebagai salah satu bentuk melestarikan budaya agama dan adat istiadat, hari ini di kediaman salah satu dari rekan media kita isar Topankk mengadakan acara syukuran dan silaturahmi bersama warga kamis 6/2/25.
Tak mengherankan jika setiap tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadan tersebut menyimpan makna mendalam yang bertujuan untuk menyucikan diri, saling mendoakan dan memaafkan, sekaligus menjalin silaturahmi antar sesama dalam menyambut kehadiran bulan suci Ramadan tahun 2025 ini.
Berikut tradisi menyambut bulan suci Ramadhan di kampar yang penuh suka cita dan sangat bermakna.
Masyarakat asli bangkinang atau Berbagai suku memiliki banyak tradisi yang masih dilestarikan sampai sekarang. Salah satunya adalah tradisi Nyorog atau kegiatan memberikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua. Baik itu orang tua atau mertua yang sudah berbeda rumah, maupun ke warga setempat.
Tradisi silaturahmi ini di adakan setiap sebelum datangnya bulan suci Ramadhan dan sebagai kegiatan makan bersama, tradisi menyambut Ramadhan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan, sekaligus menjalin silaturahmi guna mempererat tali persaudaraan antar sesama.
Rasulullah SAW membaca suatu doa ketika melihat hilal atau masuknya bulan Ramadhan. Adapun doa ini dikutip oleh Syekh Ibnu Hajar al-Haitami Ithafu Ahlil Islam bi Khushushiyyatish Shiyam (109). Berikut bacaannya:
اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ العَظِيْمِ، اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الشَّهْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ الْقَدَرِ، وَمِنْ شَرِّ الْمحَشْرِ
Allāhu akbaru, lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil ‘azhīmi. Allāhumma innī as’aluka khaira hādzas syahri, wa a’ūdzu bika min syarril qadari, wa min syarril mahsyari.
Artinya: “Allah maha besar. Tiada daya dan upaya kecuali berkat pertolongan Allah yang maha agung. Aku memohon kepada-Mu kebaikan bulan ini (Ramadhan). Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan takdir dan keburukan mahsyar.”
SC: Isar Topankk