Example 728x250
BeritaRiau

Jejak Peradaban di Negeri Seribu Suluk: Gubernur Riau Resmikan Istana Rokan

104
×

Jejak Peradaban di Negeri Seribu Suluk: Gubernur Riau Resmikan Istana Rokan

Sebarkan artikel ini

Rohul – Langit Rokan Hulu seakan ikut mengukir sejarah pada Sabtu (13/9/2025). Di tengah hamparan hijau, Gubernur Riau, Abdul Wahid, hadir untuk meresmikan kembali Istana Kerajaan Rokan dalam sebuah acara khidmat yang dipenuhi makna, Majelis Gelar Adat dan Kenduri Budaya.

Kehadirannya tidak hanya sebagai tamu kehormatan, melainkan sebagai saksi hidup atas keteguhan marwah Melayu yang tetap lestari. Dalam sambutannya yang penuh haru, Gubernur Wahid berterima kasih atas undangan yang diberikan, sembari menegaskan bahwa istana ini bukanlah sekadar bangunan, melainkan simbol peradaban yang hidup.

“Istana ini merupakan simbol sejarah yang memperlihatkan betapa kuatnya adat dan budaya Melayu di tanah Rokan Hulu,” ucapnya.

Ia menggambarkan istana ini sebagai sebuah pustaka budaya yang menyimpan jejak peradaban dan identitas lokal yang tak lekang oleh waktu.

Lebih dari itu, Gubernur Wahid menyebut Kerajaan Rokan sebagai bukti nyata bahwa Negeri Seribu Suluk ini dibangun atas fondasi yang kokoh, yakni adat dan syiar Islam. Menurutnya, keduanya tak bisa dipisahkan, saling menguatkan dalam membentuk karakter masyarakat.

“Masyarakatnya menjunjung tinggi adat istiadat dan menjadikan agama sebagai pilar yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari,” tegas Wahid.

Wahid juga mengangkat kisah heroik Rokan Hulu dalam perjuangan kemerdekaan. Ia mengenang Tuanku Tambusai, pahlawan nasional dari daerah ini yang gigih melawan penjajah. Sebagai bentuk penghormatan, nama beliau diabadikan pada nama Pangdam yang baru diresmikan, mengukuhkan kembali jasa-jasa beliau dalam ingatan kolektif bangsa.

Sebagai upaya untuk menghidupkan kembali roh peradaban, Gubernur Wahid mengungkapkan rencana strategis Pemerintah Provinsi Riau. Kawasan Istana Rokan akan dijadikan bagian dari pengembangan destinasi wisata budaya yang saling terhubung. Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan warisan lokal menjadi sebuah paket wisata sejarah yang utuh.

Rencana ini tidak berhenti di Rokan Hulu. Wahid juga mengungkapkan ambisi besar lainnya, yakni revitalisasi Candi Muara Takus pada tahun 2026. Program ini dirancang untuk menciptakan jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, membangkitkan kembali kebanggaan akan warisan budaya Riau di mata dunia.

Namun, Wahid menekankan, pelestarian budaya tak bisa berjalan tanpa pelestarian alam. Ia mengingatkan bahwa budaya dan lingkungan adalah dua sisi dari mata uang yang sama. “Jika sungai, hutan, dan tanah adat kita rusak, maka hilang pula warisan budaya kita. Itulah sebabnya pelestarian alam harus berjalan seiring dengan pelestarian adat,” ujarnya.

Dalam momen penganugerahan gelar adat, Gubernur memberikan penghargaan kepada para tokoh yang dianggap layak. Ia berpesan, gelar bukanlah untuk meninggikan derajat seseorang, melainkan sebuah amanah untuk menjaga nilai-nilai luhur dan menjadi teladan.

“Kata orang tua-tua, gelar bukan untuk bermegah, tapi untuk menjaga marwah,” pungkasnya.

Acara yang diwarnai dengan penandatanganan prasasti dan pemberian bantuan TJSL/CSR ini menjadi sebuah janji nyata untuk melestarikan Istana Rokan.

Gubernur Wahid berharap, istana ini akan menjadi rumah budaya, pusat silaturahmi, dan benteng marwah Melayu yang kokoh. “Di Istana Rokan tegak berdiri, mustaka leluhur pun makna harapan kita. Budaya lestari, marwah terjaga sepanjang masa,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *