PEKANBARU – Proses seleksi atlet Tenis Meja untuk ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) perwakilan Provinsi Riau diwarnai dugaan kecurangan, diskriminasi, dan nepotisme. Persoalan ini mencuat setelah atlet putri berinisial Naura, yang disebut berada di peringkat 3 hasil seleksi, namanya justru dicoret dari daftar atlet yang akan mengikuti Pemusatan Latihan (TC) di Aceh, padahal atlet peringkat 4 justru dimasukkan.
Pada awal Juli, atlet putri (Naura) dikabarkan telah melaksanakan latihan dan pertandingan, bahkan meraih juara. Kemudian, pada 18 Juli, diumumkan secara mendadak akan ada seleksi Popnas se-Riau yang berlangsung dari 18 hingga 20 Juli.
Awalnya, direncanakan akan diambil 2 putra dan 2 putri, dengan 1 orang putra dan putri akan dibantu oleh pihak Pengprov PTMSI Riau (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia) yang diketuai oleh Robin Hutagalung.
Informasi ini sampai ke telinga orang tua Naura dan memicu kekhawatiran. Pada Rabu pagi orang tua atlet mendatangi Dispora (Dinas Kepemudaan dan Olahraga) Riau dan mendapati bahwa nama Naura, yang berada di peringkat 3, tidak masuk daftar untuk TC, sementara atlet peringkat 4 yang justru tercantum.
Sorotan Proses Seleksi dan Dugaan Diskriminasi Pihak yang melaksanakan seleksi ini disebutkan adalah Ruslan (berbaju biru), Permana (berbaju putih), Wina (Pelatih Cewek), dan juga Amran Sofyan.
Terdapat keberatan terkait kebijakan saat seleksi yang mengharuskan atlet mandiri dan tidak boleh didampingi pelatih atau atlet lain. Namun, disebut bahwa atlet dari SKO (Sekolah Khusus Olahraga) justru diperbolehkan didampingi. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai adanya diskriminasi dalam proses seleksi.
Dugaan Pola Kecurangan yang Berulang
Orang tua Naura juga menyoroti dugaan kecurangan yang dilakukan oleh salah satu nama pelaksana seleksi, Ruslan, yang disebut memiliki pola yang sama dalam beberapa ajang sebelumnya:
Saat Porprov di Kampar: Disebutkan bahwa atlet yang sering langganan medali emas di nomor ganda ditukar dengan pemain cadangan demi kepentingan pribadi. Salah satu atlet junior yang dipilih menggantikan adalah Permana (salah satu pelaksana seleksi) dan Regy, kakak dari Raffa. Raffa, meskipun disebut tidak ikut seleksi karena kecelakaan, tetap dimasukkan dalam tim.
Saat Porprov 2022 di Kuansing: Nama atlet pelapor justru tidak dimasukkan dalam Entry by Name, dan justru pemain cadangan bersama atlet sewaan dari Jawa yang dimasukkan.
Hal ini diperkuat dugaan bahwa keputusan-keputusan tersebut didasari oleh motif uang atau kepentingan pribadi.
Org tua Naura juga berharap, ” Naura dapat dikembalikan posisinya untuk mewakili Riau di Popnas, mengingat segala ketentuan dan syarat sudah dipenuhi,”sebutnya
“Tidak ada lagi nepotisme dan praktik tidak fair seperti memasukkan atlet yang kalah atau tidak ikut seleksi, sementara atlet berprestasi (peringkat 3) dihilangkan. Disebutkan hal ini adalah pemalsuan data dan berpotensi melanggar hukum serta dapat dipidanakan, “Ujar orang tua Naura.
Dipertanyakan mengenai pembatasan kuota hanya 2 putra dan 2 putri, padahal provinsi lain seperti Sumatera Barat dapat memberangkatkan 4 putra dan 4 putri, dan aturan pusat disebut memperbolehkan lebih dari 2. Jika kuota 3 orang, maka Naura harusnya yang berangkat.
Pihak Dispora Provinsi Riau dan Ketua Pengprov PTMSI Riau, Robin Hutagalung, serta Sekretaris Umum Adrizal, didesak untuk membuat SK (Surat Keputusan) terkait atlet yang dicoret dan yang dimasukkan secara tidak sah, karena hal tersebut dinilai sebagai pelanggaran dan data yang tidak valid.
Lokasi pelaksanaan seleksi tersebut diketahui berada di SKO (Sekolah Khusus Olahraga) di Rumbai Hall A. Keberatan ini mencuat karena atlet yang kalah seleksi justru diberangkatkan, dan menuntut agar atlet yang menang seleksi yang berhak mewakili Riau.
Berita ini dibuat berdasarkan keterangan dari pihak yang merasa dirugikan, dan perlu adanya klarifikasi lebih lanjut dari pihak-pihak terkait (Dispora Riau, Pengprov PTMSI Riau, dan para pelatih yang disebut namanya) untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan berimbang.