Example 728x250
AdvertorialBeritaROHUL

Dari Riuh Kekaguman ke Sunyi Pilu: Lumba-lumba Sungai Rohul Akhirnya Tumbang

4
×

Dari Riuh Kekaguman ke Sunyi Pilu: Lumba-lumba Sungai Rohul Akhirnya Tumbang

Sebarkan artikel ini

Rohul|Beberapa waktu lalu, warga Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) sempat dibuat heboh sekaligus gembira oleh sebuah fenomena alam yang langka dan menakjubkan. Sungai Batang Lubuh, atau yang dikenal juga sebagai Sungai Rokan Kanan, yang biasanya hanya dilintasi kapal kecil dan ikan air tawar, mendadak menjadi panggung bagi seekor mamalia laut yang cerdas: Lumba-lumba.

​Kemunculan satwa ini sontak menjadi viral, memicu perbincangan hangat di tengah masyarakat. Bahkan, Bupati Rokan Hulu, Anton, ST, MM, secara langsung membenarkan kabar tersebut dan segera mengeluarkan imbauan tegas kepada seluruh elemen masyarakat. Beliau meminta agar kelestarian lumba-lumba yang tersasar jauh dari habitat aslinya ini dapat dijaga sebaik mungkin. Ada harapan, di balik kekaguman itu, bahwa sang lumba-lumba akan menjadi simbol keasrian Sungai Rokan Kanan.

​Namun, kegembiraan itu kini telah sirna, digantikan oleh rasa pilu dan kekecewaan. Pada hari Senin, 15 Desember 2025, pagi hari, Lumba-lumba yang sempat mencuri perhatian publik tersebut, kini kembali viral, namun bukan karena aksi lincahnya melompat ke permukaan air.

​Mamalia laut itu ditemukan terdampar dan tak bernyawa di pinggiran sungai, tepatnya di kawasan Dusun Surau Munai, Kecamatan Kepenuhan Hulu, oleh warga sekitar.

​Penemuan tragis ini menyisakan tanya besar: Apa yang menyebabkan lumba-lumba, yang dikenal tangguh di lautan, harus berakhir pilu di perairan hulu sungai ini? Apakah faktor lingkungan, perubahan kualitas air, atau kelelahan setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh menjadi penyebabnya, masih perlu didalami lebih lanjut.

​Mendapat laporan mengenai kematian satwa yang telah menjadi ikon lokal sesaat itu, Bupati Anton, ST, MM, segera memberikan instruksi. Beliau meminta agar lumba-lumba tersebut segera diurus.

​”Saya meminta masyarakat segera menguburkan Ikan (Lumba-lumba) itu. Jangan sampai dibiarkan membusuk di air karena dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan bau,” ujar Bupati Anton melalui pihak terkait.

​Instruksi ini pun disambut sigap oleh perangkat desa dan masyarakat setempat. Prosesi penguburan hewan yang seharusnya hidup bebas di samudra luas itu dilakukan dengan penuh penghormatan dan disaksikan langsung oleh Camat Kepenuhan Hulu, Junaidi, S.IP, M.Si, dan Kepala Desa Kepenuhan Hulu, Nurhadi.AS.

​Kematian lumba-lumba ini menjadi sebuah pengingat pahit bagi masyarakat Rokan Hulu. Peristiwa ini bukan hanya sekadar berakhirnya kisah seekor hewan, tetapi juga sebuah refleksi tentang pentingnya menjaga ekosistem sungai. Sungai Batang Lubuh mungkin telah kehilangan ikon sementaranya, tetapi tragedi ini diharapkan dapat memicu kesadaran kolektif untuk melindungi kebersihan dan kelestarian perairan, agar satwa-satwa langka yang tersasar atau bahkan biota asli sungai dapat tetap lestari. (Kominfo/hrd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *