JAKARTA SELATAN – Novi febrianti mahasiswa pasca Paramadina (Senin 17 Juni 2024, Gatot Subroto Pancoran Jakarta selatan).
Ibadah qurban atau udhhiyah dalam pengertian syara, ialah menyembelih hewan dengan tujuan beribadah kepada Allah pada Hari Raya Haji atau Idul Adha dan tiga Hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah.
Qurban adalah bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah supaya mendapatkan keridhaan-Nya. Sedangkan dalam hubungan sosial, Qurban bertujuan untuk menggembirakan kaum fakir pada Hari Raya Idul Adha. Karena itu, daging Qurban hendaklah diberikan kepada mereka yang membutuhkan, boleh menyisakan secukupnya untuk dikonsumsi keluarga yang berkurban, dengan tetap mengutamakan kaum fakir dan miskin.
فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (QS. al-Hajj, 22:28)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barang siapa yang memiliki kelapangan, sedangkan ia tidak berQurban, janganlah dekat-dekat musholla kami.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim, namun hadits ini mauquf).
Ibadah qurban hukumnya adalah sunnah muakkad, atau sunnah yang dikuatkan. Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan ibadah qurban sejak disyariatkannya sampai beliau wafat. Ketentuan kurban sebagai sunnah muakkad dikukuhkan oleh Imam Malik dan Imam al-Syafi’i. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa ibadah qurban bagi penduduk yang mampu dan tidak dalam keadaan safar (bepergian), hukumnya adalah wajib. (Ibnu Rusyd al-Hafid: tth: 1/314).
Menyembelih kurban adalah suatu sunnah Rasul yang sarat dengan hikmah dan keutamaan. Hal ini didasarkan atas beberapa hadits Nabi saw diantaranya:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Artinya: Aisyah menuturkan dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada Hari Raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah daripada menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya” (Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117).
Filosofi qurban juga mengandung pesan tentang pengendalian diri dan pengorbanan pribadi. Ketika seseorang memilih hewan untuk qurban, ia harus memilih yang terbaik dari yang dimilikinya. ibadah qurban juga mengandung pesan tentang pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan kesetiaannya kepada Allah.
Ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail, sebagai bentuk pengorbanan, ketaatan dan kepatuhan Ibrahim kepada perintah Allah mengilhami umat Muslim untuk mengikuti jejaknya. Meskipun pada akhirnya Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai korban.
kisah ini tetap menjadi contoh tentang pentingnya taat kepada Allah bahkan dalam menghadapi ujian yang paling berat sekalipun.
Dalam konteks kontemporer, Di tengah tantangan global seperti ketidaksetaraan sosial, ketidakadilan, dan krisis lingkungan, ibadah qurban dapat menjadi instrumen untuk memperbaiki keadaan.
Melalui pemahaman yang mendalam tentang makna qurban, umat Muslim dapat memperluas konsep pengorbanan dan kepedulian sosial untuk mencakup isu-isu ini, sehingga menjadikan ibadah qurban relevan dalam konteks zaman kita.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ibadah qurban bukanlah sekadar sebuah tradisi atau ritual, tetapi sebuah ibadah yang sarat dengan makna dan filosofi yang mendalam.
Penting bagi umat Muslim untuk memahami dan menghayati makna di balik ibadah qurban agar dapat melaksanakannya dengan penuh cinta, kesadaran, penghayatan, dan kepedulian terhadap sesama serta lingkungannya,Novie febrianti mahasiswa pascasarjana study filsafat Islam Paramadina Jakarta
(Ade Monchai)