Jakarta, 25 Agustus 2025 – Koordinator Pusat BEM Kristiani Seluruh Indonesia, Charles Gilbert, menilai aparat intelijen kepolisian telah lalai dalam menjalankan tugas pokoknya setelah terjadinya kerusuhan dalam aksi bertema “Bubarkan DPR” pada 25 Agustus 2025.
Menurut Charles, kerusuhan tersebut seharusnya dapat dicegah sejak dini melalui langkah antisipasi dan deteksi intelijen. Tugas itu berada langsung di bawah tanggung jawab Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri serta Direktur Politik Baintelkam Polri. Namun, kelalaian dalam pengelolaan informasi dan mitigasi risiko justru membuat situasi berujung pada kericuhan.
“Ini adalah bentuk kegagalan aparat intelijen kepolisian dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan. Kabaintelkam Polri dan Dir Politik Baintelkam Polri semestinya mampu membaca potensi kerusuhan dan melakukan langkah pencegahan. Fakta di lapangan menunjukkan mereka lalai dalam menjalankan tugasnya,” tegas Charles Gilbert.
BEM Kristiani Seluruh Indonesia mendesak DPR RI untuk segera memanggil Kabaintelkam Polri dan Dir Politik Baintelkam Polri dalam rapat kerja, guna meminta pertanggungjawaban atas kegagalan mencegah kerusuhan yang mengancam stabilitas demokrasi.
Charles menambahkan, fungsi intelijen bukan hanya bersifat represif, melainkan proaktif dalam membaca dinamika sosial, politik, dan keamanan agar potensi konflik bisa ditekan sejak dini.
“Kami tidak ingin aparat intelijen hanya menjadi simbol tanpa kinerja nyata. DPR RI harus memastikan adanya evaluasi serius dan pertanggungjawaban agar kejadian serupa tidak terulang kembali,” pungkasnya.
Dengan sikap ini, BEM Kristiani Seluruh Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus mengawal demokrasi, menuntut profesionalitas aparat keamanan, serta menjaga agar kebebasan berpendapat tidak berujung pada instabilitas politik dan keamanan nasional.