Sei Pagar, Kampar Kiri Hilir — Suara keras Zulfadli, perangkat Kelurahan Sungai Pagar, akhirnya memecah sunyi di tengah kabar memilukan yang mengguncang Panti Asuhan Aulia Al Ikhlas. Di balik tembok lusuh tempat anak-anak yatim berlindung, tersimpan misteri kelam: bantuan donatur dan pemerintah daerah diduga raib entah ke mana, sementara anak-anak di dalam panti menahan lapar.
“Ini bukan lagi persoalan kecil. Kalau benar anak-anak yatim sampai kelaparan sementara bantuan rutin tetap mengalir setiap hari Jum’at, maka ini sudah sangat keterlaluan,” tegas Zulfadli dengan nada geram saat ditemui wartawan, Senin (3/11/2025).
Zulfadli mengaku pihaknya sudah lama mendengar keluhan warga terkait dugaan penyelewengan bantuan di panti tersebut. Namun, baru kali ini dirinya melihat sendiri fakta memilukan di lapangan.
“Saya datang langsung ke lokasi. Anak-anak tampak sedih, pakaian seadanya, dan makanan yang mereka konsumsi tidak layak. Padahal laporan yang masuk, panti ini sering dapat bantuan dari berbagai pihak, termasuk Pemkab Kampar,” ungkapnya.
Kemarahan Zulfadli bukan tanpa alasan. Ia menilai ada “tangan-tangan gelap” yang bermain di balik nama besar Yayasan Aulia Al Ikhlas. Dugaan kuat, sebagian dana bantuan dan sumbangan masyarakat diselewengkan oleh oknum pengurus panti dan bersama keluarganya.
“Kalau niatnya mulia, harusnya mereka sejahterakan anak-anak yatim, bukan malah menjadikan mereka korban. Ini harus diusut sampai tuntas,” desaknya.
Warga sekitar pun mulai angkat suara. Mereka sering melihat bantuan logistik masuk ke panti, tapi tak tahu ke mana barang-barang itu menghilang. Seorang warga bahkan menyebutkan bahwa setiap kali donatur datang, suasana panti mendadak rapi – seolah hanya berpura-pura.
“Begitu donatur pergi, anak-anak kembali makan seadanya. Kadang cuma nasi seadanya,” kata warga yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Kini, publik menanti langkah tegas dari Dinas Sosial dan pihak kepolisian Kabupaten Kampar untuk menelusuri aliran dana bantuan panti tersebut. Kasus ini bukan sekadar soal penyelewengan, tapi juga tentang nurani dan kemanusiaan.
“Jangan sampai anak yatim terus jadi korban kerakusan orang dewasa,” tutup Zulfadli dengan suara bergetar.
📌L/p: isar Topankk













