Example 728x250
BeritaInhil

Puluhan Siswa SD di Inhil Keracunan Makanan MBG

92
×

Puluhan Siswa SD di Inhil Keracunan Makanan MBG

Sebarkan artikel ini

TEMBILAHAN – Program pemerintah pusat Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang sebagai solusi meringankan beban orang tua murid justru menimbulkan duka di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil). Puluhan siswa SD diduga keracunan usai menyantap menu MBG yang disalurkan ke sekolah-sekolah.

Insiden keracunan massal ini terungkap setelah siswa SDN 032 dan SDN 008 di Inhil mengalami gejala mual, muntah, sakit perut, hingga diare pada Jumat lalu. Beberapa orang tua menyebut makanan yang disajikan dalam kondisi tidak layak konsumsi. “Sayurnya layu, ayamnya busuk, tahu dan tempe lembek berbau, bahkan buah pun sudah tidak segar,” ungkap salah satu sumber yang enggan disebutkan namanya.

Sejumlah anak terpaksa dilarikan ke RSUD Inhil karena kondisi tubuh melemah. “Saya kira program ini untuk meringankan, ternyata malah sebaliknya. Anak saya hampir kehilangan nyawa,” ujar seorang wali murid dengan nada getir.

Tak hanya siswa, dua pekerja dapur penyedia makanan MBG juga dilaporkan pingsan saat bekerja, diduga karena buruknya standar kebersihan dan kualitas bahan baku yang digunakan. Dapur makan bergizi gratis fasilitas yang di gunakan di dugaan kotor tidak layak.

Hasil investigasi tim media ini sementara menemukan dugaan adanya kontaminasi bakteri seperti Salmonella dari bahan makanan yang tidak segar. Proses pengolahan, penyimpanan, hingga pengantaran disebut menjadi titik lemah utama yang berisiko menimbulkan keracunan.

“Ini jelas bukan makanan bergizi. Sayur layu, ayam busuk, tempe basi, buah berair, semua disajikan ke anak-anak. Bagaimana bisa disebut bergizi?” ungkap seorang guru yang menyaksikan langsung kondisi makanan.

Banyak orang tua kini memilih melarang anaknya kembali memakan makanan dari program MBG. Seorang siswa SMP di Inhil bahkan mengaku masih trauma setelah sebelumnya sempat ikut program tersebut.

“Saya pernah ikut makan gratis, tapi malah timbul gatal-gatal dan kulit berjamur. Sampai sekarang saya tidak mau ikut lagi,” ujarnya.

Kekecewaan juga meluas di kalangan masyarakat. Mereka menilai program yang seharusnya menolong justru menjadi bumerang. “Lebih baik dihentikan dulu. Jangan sampai ada korban lebih banyak lagi. Evaluasi harus dilakukan menyeluruh,” tegas salah seorang tokoh masyarakat.

Hingga kini, puluhan siswa masih menjalani perawatan intensif di RSUD Inhil. Desakan agar program MBG dihentikan sementara terus bergema. Masyarakat meminta pemerintah daerah dan pusat segera turun tangan melakukan evaluasi ketat terhadap penyedia jasa, kualitas bahan makanan, hingga sistem distribusi.

Program MBG yang seharusnya menjamin gizi anak justru dipertanyakan efektivitasnya. “Kalau seperti ini, jelas bukan lagi program makan bergizi gratis, tapi malah program ‘penyakit gratis’. Pemerintah jangan tutup mata,” tutur seorang wali murid dengan nada keras.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *